• Jan : 31 : 2015 - Selamat Datang di Blog
  • Jan : 31 : 2015 - Sispala Eureka
  • Jan : 31 : 2015 - SMAN 2 Bukittinggi
  • Jan : 31 : 2015 - SMAN KweekSchool Bukittinggi
  • Jan : 31 : 2015 - Siswa Pecinta Alam.

Featured articles

Etiam tincidunt lobortis massa et tincidunt. Vivamus commodo feugiat turpis, in pulvinar felis elementum vel. Vivamus mollis tempus odio, ac imperdiet enim adipiscing non. Nunc Read More ...

Proin ac leo eget nibh interdum egestas? Aliquam vel dolor vitae dui tempor sollicitudin! Integer sollicitudin, justo non posuere condimentum, mauris libero imperdiet urna, a Read More ...

Etiam ultrices felis sed ante tincidunt pharetra. Morbi sit amet orci at lorem tincidunt viverra. Donec varius posuere leo et iaculis. Pellentesque ultricies, ante at Read More ...

twitter

Sejarah dan Latar Belakang

1. Sekolah Raja

Berdasarkan hasil pengamatan pendeta Bundingh, pemerintahan Belanda dapat mengetahui bahwa pendidikan anak negeri di Hindia Nederland masih rendah. Begitu pula kepandaian guru-guru Melayu di Gouvernement Pesisir Barat pulau Perca (Sumatera) tidaklah mencukupi. Oleh sebab itu tahun 1855 pemerinta Belanda merencanakan untuk mendirikan Sekolah Raja untuk mendidik anak negeri melalui Surat keputusan pendirian Sekolah Raja untuk mendidik anak negeri yang dikeluarkan pada tanggal 1 April 1856.

Sekolah ini dipimpin oleh Van Ophuysen dan dibantu oleh seorang guru melayu bernama Abdul Latif. Anak Tuanku Imam dari Koto Gadang. Jumlah muridnya sepuluh orang, mereka dididik untuk menjadi guru. Lamanya pendidikan tiga tahun.

Tahun 1869 guru Abdul Latif meninggal. Jabatannya digantikan oleh Saidina Asin dari Koto Lawas Padang Panjang. Beliau ini pernah menjadi guru di sekolah melayu Bangkahulu.

2. Kweekschool

Setelah melihat perkembangan sekolah raja selama tujuh belas tahun, timbullah niat pemerintah belanda untuk mengadakan perubahan-perubahan. Awal tahun 1873 sekolah raja lama diperbaiki. Tepatnya tanggal 1 Maret 1873 sekolah raja diubah namanya menjadi Kweekschool. Guru kepalanya D. Gerth Van Wijk. Guru Belanda yang menjadi guru kedua yaitu Weide. Murid muridnya diasramakan dekat sekolah. Murid-murid ini diawasi oleh seorang guru melayu yang bernama Raja Medan.

Tahun 1877 D. Gerth Van Wijk diangkat menjadi Leeraar di sekolah Gymnasium Willem III di Betawi. Jawatannya sebagai guru kepala digantikan oleh J.L. Van der Toorn, dengan guru kedua D. Grivel.

Tahun 1883 salah seorang murid Kweekschool bernama Nawawi diangkat pula menjadi guru Bantu. Beliau bekerja dengan giat dan rajin. Lama pendidikan yang pada mulanya tiga tahun, kemudian menjadi empat tahun.

Awal tahun 1900, murid Kweekschool semakin banyak. Mereka datang dari berbagai daerah seperti : Aceh, Lampung, Tapanuli, Sumatera Timur, Bangka, Belitung, Palembang, Bangkahulu dan Sumatera Barat sendiri.

Selain mengadakan tenaga guru, pemerintah juga memerlukan Ambtenar bumi putera yang pandai. Sejak tahun 1904 murid Kweekschool terbagi dua. Pertama, murid yang bakal menjadi guru, kedua murid yang bakal menjadi ambtenaar.

Dalam perkembangannya murid yang akan menjadi guru lama pendidikannya enam tahun, sedangkan yang akan menjadi ambtenaar dididik selama lima tahun. Tanggal 5 Agustus 1908 pendidikan bakal ambtenaar ditiadakan.

3. Hollandsche Inlandsche Kweekschool (HIK)

Lama pendidikan HIK enam tahun, yang terbagi atas dua jenjang

a.persiapan, lama pendidikan tiga tahun;

b.lanjutannya tiga tahun

Sekolah raja Bukittinggi dijadikan sekolah HIK persiapan sedangkan lanjutannya di jawa. Siswa terakhir HIK diterima tahun 1932. sekolah ini ditutup pada tahun 1935

4. Beberapa nama untuk pengganti HIK

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, banyak perubahan yang terjadi. Perubahan itu bukan saja di bidang politik dan pemerintahan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah bidang pendidikan. Sekolah-sekolah yang vakum karena adanya pergolakan untuk merebut kekuasaan dihidupkan kembali. Bahkan disempurnakan setelah keksuasaan berada ditangan bangsa sendiri. Gedung sekolah raja atau kweekschool masih tetap berdiri megah, mulai tahun 1946 diaktifkan kembali sebagai tempat pendidikan bagi anak negeri.

Dalam pertumbuhannya banyak terjadi perubahan dan pergantian nama sekolah. Perubahan dan pergantian nama lembaga pendidikan ini sebagai berikut:

1.Tahun 1946 didirikan Sekolah Menengah Tinggi/SMT

Sekolah ini dipimpin oleh Dr. Roesma. Lama pendidikan tiga tahun.

2.Tahun 1950 SMT diubah namanya menjadi sekolah menengah atas/SMA. Sekolah ini dipimpin oleh bapak Manna. Lama pendidikan juga tiga tahun. Tahun 1951 sekolah ini dibawah pimpinan bapak Nasir Sutan Mudo.

3.Tahun 1954 SMA dibagi dua menjadi

a.SMA I B yang dipimpin oleh Bapak Sabirin

b.SMA II AC, pimpinannya adalah Bapak Adam Saleh tahun 1958 SMA I B dipimpin oleh Nasir Sutan Rajo Intan, sedangkan SMA II AV dipimpin oleh R. Kardan. Lama pendidikan tiga tahun.

4.Tahun 1960 SMA II AC dipecah lagi menjadi :

a.SMA II C yang tetap dipimpin oleh R. Kardan

b.SMA Teladan A dipimpin oleh Bapak Tobing

5.Tahun 1960 SMA II AC diubah menjadi SMA 2 Bukittinggi.

5. Pimpinan SMA Negeri 2 Bukittinggi

Setelah SMA II C berubah nama menjadi SMA Negeri 2 Bukittinggi, sampai sekarang telah teracatat beberapa nama yang pernah menjabat sebagai pimpinan Nama-nama pimpinan itu adalah sebagai berikut:

1.R. Kardan tahun 1960 - 1962

2.Rusli Missi Lanjumin tahun 1962 - 1966

3.Yaflis tahun 1966 - 1967

4.Nursamin tahun 1967 - 1975

5.Amir Umar tahun 1975 - 1984

6.Usman Luthan tahun 1984 - 1990

7.Syarfi Mahmud tahun 1990 - 1992

8.Drs. H. Rivai Syarif tahun 1992 - 1995

9.Drs. Ali Asmar tahun 1995 – 1996

10.Drs. Zulkifli Johneva, SH tahun 1996 – 2001

11.Drs. Yunis Faizal, SH, MM tahun 2001 – 2005

12.Drs. H. Muslim, MM tahun 2005 - sekarang
13.Ermizar, S.Pd M.Si tahun 2013 – sekarang


 
 
VISI SEKOLAH
  1. Mewujudkan siswa yang cerdas dan kompetitif
          Indikator :
               - Cerdas Intelektual
               - Cerdas Spritual
               - Cerdas Emosional
               - Daya Saing Global
MISI SEKOLAH
  1. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan faktual.
  2. Meningkatkan disiplin untuk seluruh warga sekolah.
  3. Mengembangkan bakat dan potensi siswa
  4. Mengembangkan kegiatan keagamaan untuk meningkatkan iman dan taqwa
  5. Menumbuhkan sikap simpati, empati dan kesetiakawanan sosial,
  6. Mengembangkan kreatifitas siswa yang sesuai dengan potensi daerah
  7. Menumbuhkan motivasi berpretasi dan semangat keunggulan bersaing